Foto: Kele Projek (Instagram @keleproject) |
GAMGADO.COM-Sukses digelar pada beberapa waktu lalu Pentas Seni Kolosal dengan judul "Bangsa MerSeka" Bangsa yang Merdeka dalam Seka. Berlangsung dengan begitu meriah dan fenomenal di lapangan TNS, Waipia, Maluku Tengah pada 18:00 WIT hingga selesai (22/2/2023).
Malam itu, lapangan TNS dipadati oleh masyarakat yang sangat antusias menyaksikan Pentas Seni Kolosal Bangsa MerSeka.
Suasana malam hari yang syahdu ditambah dengan efek lampu sorot di mana-mana membuat pentas seni ini begitu spektakuler.
Pukulan alat musik tradisional, suara nyanyian, teriakan dan hentakan kaki 400 penari membuat pentas seni ini begitu indah, sehingga yang menyaksikan pun tidak bisa mengucapkannya dengan kata-kata.
Sangat menarik memang kegiatan pentas seni seperti ini, luar biasanya lagi mayoritas pengisi tarian seka dalam pentas seni ini, yakni para generasi muda TNS yang berasal dari SMP Negeri 49 Maluku Tengah, SMA Negeri 17 Maluku Tengah, SMA Teologia Kristen TNS dan Sanggar di Waipia yang diisi oleh mama-mama (Sanggar Seni Tari Letmasa).
Ditambah lagi penampilan fenomenal dari empat penari utama, yakni tiga berasal dari TNS dan satu penari profesional (Theodora Melsasail). Kiprah dan kemahiran Theo dalam dunia seni tari kontemporer maupun tradisional tidak usah diragukan lagi. Penampilan tariannya sangat memukau malam itu bersama dengan para penari lainnya.
Arie Rumihin merupakan sosok di balik suksesnya kegiatan tersebut. Arie memprakarsai kegiatan ini setelah dirinya terpilih menjadi 300 peserta dari sekitar 3000 proposal kegiatan yang masuk dari seluruh Indonesia. Selain itu kegiatan ini menganeng Kele Project untuk mengabadikan momen tersebut.
Pentas Seni Kolosal Bangsa MerSeka menceritakan tentang kehidupan orang-orang merdeka yang dipaksa keluar dari tanah kelahiran.
Mereka adalah orang-orang pulau yang sangat mencintai laut, yang dipaksa keluar melawan keinginan mereka seakan mereka belum juga merdeka.
Pentas seni tersebut menceritakan kisah penduduk asli pulau TNS yang merupakan tiga pulau vulkanik kecil di Laut Banda, yakni Pulau Teon, Nila dan Serua. Penduduknya harus dipaksa keluar dari tanah kelahiran pada 1978.
Mereka dipaksa pindah dari kampung halamannya lantaran dengan alasan akan ada gunung meletus di tiga pulau itu. Mereka diangkut menggunakan kapal perang dan digiring keluar dari tanah kelahiran tempat rumah ladang dan kehidupan bermula.
Harus Jadi Festival Budaya Tahunan
Tugu TNS (Sumber: Facebook Teon Nila Serua) |
Keberlangsungan kegiatan ini seharusnya tidak boleh sampai di sini saja. Namun, pemerintah daerah Maluku Tengah dan juga pemerintah kecamatan beserta pemerintah negeri yang ada di Kecamatan TNS harus bersama-sama bergandengan tangan untuk mewujudkan kegiatan seperti ini menjadi kegiatan festival tahunan budaya di Kecamatan TNS.
Tradisi dan kebudayaan harus terus dilestarikan, dipromosikan dan dikenalkan kepada publik. Maka dari itu, festival budaya tahunan merupakan cara dari pemerintah untuk bisa merawat kebudayan yang ada di TNS.
Bukan saja soal tari, namun berkaitan juga dengan bahasa, nyanyian, makanan tradisional dan lain sebagainya yang bisa dijadikan satu paket dalam kegiatan festival budaya tahunan.
Mengingat selama ini kegiatan semacam ini jarang sekali diselenggarakan di Kecamatan TNS, padahal potensi yang dimiliki oleh masyarakat di sini begitu banyak. Lewat kegiatan festival bakal menarik minat masyarakat luas terhadap Kecamatan TNS.
Selain itu, sekolah-sekolah di Kecamatan TNS harus mengangkat kebudayaan lokal TNS masuk ke dalam kurikulum.
Dari SD hingga SMA, sekolah di TNS rupanya masih belum serius memperhatikan kebudayaan lokal yang ada untuk diteruskan kepada generasi muda.
Ini merupakan tanggung jawab serius oleh sekolah-sekolah yang ada. Biar perlu ada kompetisi tarian tradisional dari berbagai Negeri-Negeri yang ada di TNS untuk ditampilkan dalam kegiatan festival budaya ini. Serta setiap sekolah wajib membentuk sangar seni tari tradisonal yang fokus melatih tarian seperti Seka dan tarian-tarian lain yang berasal dari Teon, Nila dan Serua.
Perlu diakui bahwa anak-anak zaman sekarang sudah cenderung TikTokan daripada melestarikan tarian tradisional yang ada. Padahal, lewat media yang ada bisa dijadikan sebagai sarana memperkenalkan kekayaan warisan leluhur kepada banyak orang.
Diharapkan, jika pemerintah bisa mewujudkan kegiatan tahunan festival budaya di Kecamatan TNS maka akan menjadi momen untuk membangkitkan lagi perekonomian masyarakat yang lesu lantaran pandemi Covid-19.
Bayangkan saja, jika digelar tiap tahunnya maka akan sangat berdampak terhadap peningkatan ekonomi. Lewat festival budaya juga bisa dijadikan ajang promosi UMKM yang dimiliki oleh masyarakat.
Arah pengembangan Kecamatan TNS harus menuju pada perencanaan yang berbasis pada kearifan lokal dengan mengusung kekayaan alam dan mengembangkan potensi budaya yang ada.
Sudah saatnya Negeri-Negeri yang ada di TNS dapat memanfaatkan dana desa untuk mengembangkan negerinya menjadi Desa Wisata Kreatif. Karena dengan begitu, bakal menjadi salah satu solusi dalam percepatan pemulihan ekonomi desa.
Maka dari itu, lewat festival tahunan yang digelar tiap tahunnya bisa jadi momentum promosi dari berbagai negeri mengenai apa yang menjadi daya tarik untuk dikunjungi.
Wisata kreatif sendiri dipahami sebagai pariwisata yang bertujuan untuk pengembangan diri, tidak bersifat massal, mengakomodasikan keberadaan usaha menengah dan kecil, memberikan ruang interaksi pada komunitas dan memberikan penghargaan pada lingkungan.