Foto: Net |
Bagi banyak orang, guru merupakan profesi yang paling mulia lantaran gurulah yang memegang kendali penting urat nadi suatu bangsa. Bayangkan saja, jika guru tidak ada, mau jadi apa suatu bangsa?
Mari kita mengingat kembali pada 1945 di saat Kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan bom atom, semuanya luluh lantak. Jepang benar-benar terpuruk dan diyakini tak bakal bangkit.
Namun, ketika bom atom tersebut meledak dan memakan banyak korban yang pertama kali ditanyakan oleh sang kaisar adalah "Berapa jumlah guru yang tersisa?" Kata-kata ini berasal dari mulut Kaisar Hirohito sebagai respon pertama yang ia keluarkan setelah mendengar berita luluh lantaknya Hiroshima dan Nagasaki.
Kepedulian Jepang kepada guru membuat negara ini berkembang pesat dan bangkit kembali menjadi negara maju walaupun saat ini telah di bom habis-habisan dua kota penting mereka.
Hingga saat ini, Jepang bangkit menjadi kekuatan Asia dan menjadi negara yang begitu maju dengan teknologinya.
Tak lain dan tak bukan semua ini karena berkat pemerintahnya yang begitu peduli terhadap guru. Jadi, tidak berlebihan jika mengatakan guru merupakan kunci utama kebangkitan suatu bangsa.
Lalu bagaimana dengan nasib guru di Tanah Air?
Ganti pemerintah, ganti menteri pendidikan, ganti kurikulum namun mirisnya nasib guru tak pernah terganti.
Dari masa ke masa, nasib guru di Indonesia begitu miris dan memprihatinkan. Dibebani dengan tanggung jawab dari pemerintah ganti kurikulum ini itu, namun gaji guru tak pernah dinaikkan.
Nasib honorer yang terbata-bata, honor berpuluh-puluh tahun tidak juga diangkat dan nasib guru di daerah terpencil yang tak mendapat perhatian dari pemerintah.
Apakah profesi guru di Indonesia perlu ditinggalkan saja daripada hanya menjadi budak pemerintah?
Kita bicara soal kesejahteraan guru. Gaji guru di Indonesia sangat kecil dan itu berbanding terbalik dengan pekerjaan guru yang begitu banyak.
Bagaimana negara kita mau maju kalau gaji guru saja masih begini-begini saja? Jika kualitas pendidikan negeri ini ingin maju, pertama perhatikan kesejahteraan para guru.
Untuk para guru honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi, apa harus tes lagi untuk bisa jadi ASN?
Bagi saya, pemerintah harus mengangkat tenaga pendidik yang punya dedikasi tinggi yang mengabdi di daerah terpencil karena mengingat kurangnya tenaga guru di daerah-daerah terpencil.
Janganlah meribetkan mereka yang sudah mengabdi puluhan tahun dengan proses seleksi yang ribet hanya untuk menjadi ASN!
Apa salahnya langsung saja diangkat menjadi guru, toh juga mereka sudah setia buat negara.
Nasib Guru memang begitu miris, dipuji sebagai profesi mulia namun ditelantarkan dengan ketidakpastian.
Tangisan guru di pelosok-pelosok yang memimpikan selembar SK menjadi PNS, mengabdi puluhan tahun namun tak dihargai negara.
Dibayar murah, padahal perjuangan mereka untuk negara ini sungguh mulia.
Jadi, tak salah jika nanti profesi guru bakal hilang dari negeri ini karena generasi ogah jadi guru yang terus-terusan diperbudak pemerintah.
Omong kosong gagasan merdeka belajar. Faktanya, guru belum juga merdeka!
Jangan harap negara ini bakal maju, jika kita tak bisa menghargai mereka yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan penerus peradaban.