Sumber: Facebook Ranier Frento |
Kekayaan alam laut dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu sumber daya hayati dan sumber daya yang tidak hidup. Sumber daya hayati meliputi ikan, kerang, anemon, udang, mamalia laut, dan berbagai jenis organisme lainnya. Sumber daya yang tidak hidup meliputi minyak bumi, gas alam, dan mineral.
Kekayaan alam laut telah dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad. Sumber daya hayati, seperti ikan dan kerang, telah digunakan sebagai makanan. Ikan juga digunakan untuk tujuan perikanan, sedangkan kerang dan anemon digunakan untuk menghasilkan produk-produk tambang.
Sebagai daerah kepulauan Provinsi Maluku memiliki berbagai macam kekayaan alam laut di setiap tempat yang menjadi potensi dan mata pencarian masyarakat. Salah satu kekayaan tersebut ada di Negeri Makariki.
Makariki merupakan sebuah desa yang terletak di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, tepatnya di Kecamatan Amahai. Letaknya berjarak beberapa kilometer dari pusat kota Masohi, tepatnya di pesisir pantai. Mayoritas penduduk disana memeluk agama Kristen Protestan. Di Negeri ini, terdapat jenis ikan yang diberinama ikan nasi.
Sumber: Facebook Ranier Frento |
Ikan nasi adalah salah satu jenis ikan yang bisa ditemukan di perairan Negeri Makariki, ikan ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan ikan puri (Anchovy), namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Bentuknya yang menyerupai butiran nasi, maka ikan ini diberi nama ikan nasi.
Menurut penduduk lokal, ikan yang biasa ditemui di muara air tawar mereka sebut sebagai "ikan mol". Pada waktu-waktu tertentu, ikan ini akan menyebar dan turun ke air asin di sekitar muara untuk menetaskan telur. Anak-anaknya yang dikembangbiakan dalam air asin yang kemudian ditemukan sebagai ikan nasi.
Biasa orang dapat menemukan telur ikan mol di muara-muara seperti muara Ruata, Aminahano, dan Uruael. Ketika waktunya menetas, maka lahir banyaknya ikan nasi, ribuan hingga jutaan ikan kecil. Mereka biasanya akan menggelayut di sekitaran muara secara bergerombol.
Dalam setahun, ikan nasi bisa terlihat sebanyak 2-3 kali, biasanya muncul pertama kali pada akhir April hingga Mei-Juni yang berkaitan dengan perayaan "Kenaikan Isa Almasih".
Karena munculnya ikan nasi (yang disebut 'Ikan Nasi Nae' oleh penduduk setempat) bersamaan dengan Kenaikan Yesus Kristus, masyarakat setempat meyakini bahwa ikan ini adalah anugerah dari "Tete Manis" (sebutan Tuhan Yesus oleh orang Maluku). Tidak hanya disantap sendiri, jumlahnya yang melimpah menjadikan ikan nasi ini sebagai sumber rejeki bagi nelayan yang menemukan tempat ikan tersebut berada.
Ketika bulan Mei tiba, para nelayan Makariki akan mempersiapkan alat tangkap berbentuk huruf "A", yang dibuat dengan kerangka dan jaring-jaring berukuran kecil yang biasa didapat dari kelambu atau kain sifon. Ini akan menciptakan kantong yang untuk menangkap ikan-ikan yang terkena timba. Timba ikan nasi adalah keajaiban alam bagi orang Makariki.
Para nelayan nantinya akan berbondong-bondong untuk melakukan patroli dalam beberapa hari untuk menemukan dimana ikan nasi akan muncul. Setiap muara tempat ikan nasi biasanya naik akan mereka sisir satu persatu.
Jika ada nelayan yang sudah menemukan lokasi ikan nasi, dia akan kembali ke Negeri untuk mengabarkan berita gembira bahwa ikan nasi sudah naik. Setelah itu, para warga da nelayan akan bersiap melaju dengan perahu menuju muara di mana ikan nasi naik. Kemudian, para nelayan akan beramai-ramai dengan menggunakan kareng-kareng untuk menangkap ikan nasi.
Ketika musim ikan nasi tiba, pantai akan dipenuhi dengan orang-orang yang datang. Terutama akan banyak mama-mama yang biasanya menunggu di pinggiran pantai sambil menanti kaum pria yang pergi timba ikan nasi. Para nelayan akan menjual hasil tangkapannya, baik di Pasar Binaya Masohi ataupun di Kota Ambon, sementara mama-mama lainnya akan menjual ikan nasi di pinggir jalan.