Kota Bekasi - Era globalisasi 4.0 sudah semakin pesat masuk ke Indonesia, hal ini ditandai dengan masuknya teknologi yang semakin canggih yang menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation.
Menurut Akademisi President University Olivia Ruth Natalia, S.Psi, Globalisasi memang identik dengan ekonomi pasar bebas, sehingga ada peleburan dan pergeseran budaya yang merepresentasikan kenyatan yang saling terkait.
“Dengan kemajuan di berbagai bidang, era globalisasi seolah menjadi salah satu alternatif untuk menyatukan seluruh umat manusia dan menghilangkan segala perbedaan dalam masyarakat dunia,” Ucapnya, Jumat (06/12/19).
Namun, Lanjut Olivia, pada kenyataannya globalisasi seolah gagal dalam menyatukan masyarakat dalam membentuk suatu solidaritas yang lebih besar. Meskipun jika dilihat secara sekilas menunjukkan bahwa globalisasi seolah telah berhasil menyatukan masyarakat dunia,
“Perkembangan zaman di era global saat ini membawa suatu budaya baru, salah satunya adalah budaya konsumtif. Budaya ini adalah bagian dari perkembangan dan kemajuan dunia dalam khususnya dalam menghadapi kemiskinan. Namun optimisme tersebut seakan berbenturan dengan kenyataan yang terjadi,” Ungkap Olivia.
Maka dari itu, optimisme akan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlebihan tersebut sebagian besar seolah berakhir dengan kesenjangan lebih tinggi antara masyarakat dengan ekonomi yang baik dengan mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri menghadapi persaingan kapitalisme global.
“Perkembangan masyarakat konsumen ini merupakan salah satu hasil dari fenomena global tersebut. Gaya hidup yang berlebih-lebihan semakin dikuatkan dengan dukungan berbagai kemajuan teknologi, termasuk perkembangan pasar yang seolah dapat dengan mudahnya mengendalikan minat masyarakat,” Pungkas Olivia. (GL)
Tags
Daerah